SUGENG RAWUH DUMATENG SEDOYO KELUARGA BESAR BANI TOYYIB

Rabu, 31 Agustus 2011

Minggu, 21 Agustus 2011

Cerita Cinta dari Manyaran, SEjarah Hidup Mbah Toyyib beserta Istri


BUNGA RAMPAI KISAH LELUHUR MBAH THOYYIB – SYARIFAH
MANYARAN – BANYAKAN

Senyampang masih diingat oleh penulis tentang penggalan-penggalan kisah leluhur dimasa lalu seperti dituturkan oleh putra putrinya dan juga pihak lain kepada penulis disaat mereka masih hidup. Kisah itu disampaikan berulangkali dari narasumber yang berbeda dan saling melengkapi diantara mereka tentang leluhurnya. Bahkan kisah diantara mereka sendiri yang menurut penulis layak dipercaya/dijamin kebenarannya. Penuturannya tidak sistematis dan tidak dalam suasana khusus, berupa penggalan dan tidak menyeluruh/lengkap, sehingga tidak terdapat muatan kepentingan/tendensius.
Penulis memang banyak memiliki kesempatan bersama mereka sebagai sumber berita/cerita atau paling tidak ketika diajak menyertainya dalam suatu acara atau bepergian. Dimintanya untuk mendampingi mereka karena memang penulis ada kedekatan secara batiniyah (Jawa: digemateni/disayang). Suatu hal yang wajar, karena posisi penulis adalah cucu laki-laki tertua usianya di lingkungan keluarga/domisili di Manyaran, dan juga putra dari adik terkecil (ragil) sedangkan   suaminya adalah teman akrab ketika dipondok Klumpit Nganjuk. Kesempatan bersama para narasumber tersebut karena sedari kecil hingga dewasa tinggal dirumah atau banyak dilingkungan domisili leluhur (Manyaran): mengaji, sekolah, juga madrasah malam, dan terkadang diajak menghadiri undangan tetangga.
Perlu diketahui bahwa kisah ini jauh dari lengkap/seutuhnya tentang biografi leluhur, dan berharap kelengkapannya barangkali bisa diperoleh dari penuturan narasumber yang lain yang berkompeten dan memadai/kredibel.
Inilah penuturan kisah leluhur KH Toyib – Syarifah:           
I). Mbah Toyib kecil, bernama Djoremi atau Khoiron (diucapkan mbah Qodir: Kaeran) Beliau disebut juga oleh Mbah Wakid (Manyaran Kulon) bernama Badjuri, begitulah yang diingat oleh penulis. Tetapi Nama yang lebih dikenal adalah H. Toyib. Beliau putra dari ayah (Mbah Suryan) yang berdomisili di Desa Mrican (lokasinya sebelah Barat Pasar Mrican), yang didesanya diberi kepercayaan sebagai modin oleh masyarakat, suatu posisi yang mengindikasikan sebagai ahli di bidang agama (Kyai ndeso) Istri beliau berasal dari Desa Gayam Kec Mojoroto, (tdk diketahui namanya), sedang ayah Mbah Suryan bernama Mbah Kasan Tuwo, sang perintis/cikal bakalnya Dinasti Manyaran. (Wafat dan dikuburkan di belakang masjid). Kedatangan Mbah Toyib di Desa Manyaran (menetap), lantaran diambil anak angkat (dipupu) oleh kakak perempuan/mbakyu  ayahnya sendiri, yang dikenali dengan sebutan Mbah Menggik, yang saat  itu masih belum juga dikaruniai anak / momongan dalam pernikahannya (suaminya bernama Mbah Kasan Anom), padahal perkawinannya sudah cukup lama (mandul). Mbah Toyib dibawa ke Manyaran semenjak kecil / balita, dan amat disayang oleh suaminya, diajari mengaji, kemudian di pondokkan juga/pergi mengaji kepondok Kyai Jawahir di Desa Suruh Ngronggot.
Mbah Qodir melanjutkan kisahnya, seperti juga dituturkan mbah Yasin, bahwa mbah Kasan Anomlah yang merintis pengajian/pengajaran agama di Manyaran, yang kemudian mendirikan pondok sebagai tempat penginapan santri. Karena itulah Djoremi kelak diharapkan bisa mengaji dan membantu mengajar, kemudian melanjutkannya setelah beliau wafat nanti. Ketika berada dipondok ada peristiwa penting, bahwa suatu hari Djoremi bersama dengan teman-temannya bersantai sesudah sholat Jum’at sambil menikmati mengisap rokok buatan sendiri (ting we=nglinting dewe), tiba-tiba datang di tengah mereka gadis kecil putri kyainya, merengek memaksa untuk dibuatkan rokok seperti yang dihisap para santri tersebut, maka demi menyayangi putri kyainya itu, akhirnya dibuatkan juga oleh Djoremi (terpaksa), dinyalakan, diisapnya entah berapa kali menirukan gayanya santri, sesudah itu lalu pulang kerumah. Tidak disangkanya setelah beberapa lamanya terjadi kegemparan dirumah kyainya itu, karena gadis kecil tersebut jatuh sakit pusing kepalanya (jawa: mendem), lalu beramai-ramai diupayakan penyembuhannya. Peristiwa tragis tersebut membuat para santri ketakutan terutama Djoremi sang pembuat rokok tingwe tersebut.
Setelah melewati masa yang cukup lama/bertahun tahun dipondok tersebut, maka ibunya angkat (mbah Menggik) meminta agar Djoremi pulang/ boyong, untuk hidup bersama dirumah saja, sembari membantu mengurus pekerjaan dan mengajar ngaji. Tetapi Djoremi belum ingin pulang/boyong meninggalkan pondoknya. Dari sebab itulah maka mbah Menggik menyatakan kepada Djoremi bahwa seluruh harta kekayaannya diserahkan kepadanya dan dibuat segel/resmi diberikan (hibah), dengan syarat mau pulang dan mengajar ngaji/meneruskan pondok rintisan suaminya tersebut. Karena sampai akhir hayat suaminya tak juga dikaruniai putra seorangpun. (Tidak diceritakan meninggalnya mbah Kasan Anom). Selanjutnya setelah sekian lama dirumah, mbah Menggik menyuruhnya pergi haji dan sepulangnya berganti Nama Haji Toyib (Nama Mekkah) atau H Bajuri (Nama Madinah). Kemudian beliau juga mengurus pertanian dan lembu peliharaannya, bahkan memiliki cikar/pedati untuk digunakan mengangkut hasil panen. Diceritakan mbah Yasin bahwa mbah Menggik itu wanita yang murah hati dan janda kaya waktu itu, terbukti memiliki saw ah dan lahan pertanian, kebun yang luas sekali sebagaimana yang berada disekeliling rumah dengan tanaman beraneka ragam. Selanjutnya mbah Toyib berumah tangga dengan wanita bernama Syarifah, tidak lain adalah putri kyainya, yang waktu kecilnya pernah dibuatkan rokok tingwe dan mabuk / mendem (jawa). Istrinya dibawa/ikut dan tinggal di Manyaran. Masih penuturan mbah Qodir, bahwa waktu pergi menikah itu, beliau pergi sendirian tanpa pengiring/rombongan dan naik kereta api, turun distasiun Minggiran lalu menyeberang naik perahu gethek/nambang dan sampailah di desa Suruh tempat mertuanya, yang juga tempatnya mondok/nyantri dahulu.
Menurut penuturan mbah Wakid (Manyaran kulon) bahwa postur mbah Toyib itu agak pendek dan gempal, sedang istrinya tinggi, besar dan cantik. Mbah Bin menuturkan bahwa kecantikan mbah Syarifah itu didengar masyarakat desa Manyaran, sehingga banyak orang ingin menyaksikannya, termasuk mbok Sariyem (ibunya mbok Tukinah/pembantunya). Diceritakan bahwa ketika dia ingin menyaksikan kecantikannya itu, dia mengendap-endap bertandang disekitar rumah beliau, barangkali mbah Syarifah itu keluar rumah dan bisa melihatnya. Begitu cerita mbok Tukinah kepada mbah Bin dan diceritakan pula kepada penulis. Selain itu masyarakat Manyaran umumnya sangat menghormati kepada keluarga mbah Toyib, selain sebagai kyai, juga karena memang dari dulunya/leluhurnya juga kyai (mbah Kasan tuwo dan mbah Kasan Anom). Beliau juga dipandang sebagai orang sesepuh dan juga kaya yang pada umumnya disegani, apalagi dari kepribadiannya dipandang sebagai panutan. Dari pernikahan mbah Toyib dengan mbah Syarifah tersebut dikaruniai 7 orang anak (4 laki dan 3 perempuan) namun yang sulung meninggal muda/belum berumah tangga. Mbah Toyib pun meninggal dalam usianya relatif muda, sehingga anaknya masih kecil-kecil, bahkan anak bungsunya (Mbah Bin) masih didalam kandungan ibunya, dalam usia 3 bulan.
Menurut penuturan mbah Yasin, sewaktu jenazah mbah Toyib akan diberangkatkan kekuburan, mbah Syarifah tampil tegar ditengah para pelayat dan menyatakan bahwa dirinya sedang hamil/agar tidak menimbulkan prasangka buruk pihak lain sesudahnya. Dan setelah menjadi janda muda, kakak kandungnya (mbah kyai Ibrohim) sering mengunjungi, bahkan saking gematinya dengan adiknya itu, kalau sedang bermalam di Manyaran, apabila tidur malam bersama adiknya dan dikeloni (jawa), bahkan pernah disarankan supaya kembali pulang saja kerumah orang tua di Suruh, karena disini sepi/hanya ada satu rumah saja ditengah perkebunan nan luas, dinaungi  pepohonan nan rimbun (dikatakan layaknya seperti sudhung/rumahnya babi hutan), akan tetapi mbah Syarifah dengan santun  menolaknya, beliau katakan: bagaimanapun berada dirumah suaminya sendiri, dan siap untuk membesarkan anak-anaknya disini. Pernah terjadi suatu malam rumahnya didatangi maling/pencuri dengan cara melubangi tembok, tetapi sampai pagi -subuh- baru berlobang sebesar cawan (jawa: lepek) dan tidak bisa memasuki rumah. Dituturkan mbah Bin juga oleh mbah Yasin, bahwa setiap malam mbah Syarifah selalu terjaga semalaman sambil membaca doa-doa, wiridan, setelah solat malam sehingga selalu saja terdengar suara orang di dalam rumahnya (jawa: gremeng) dan penjahatpun tak berani melancarkan aksinya. Pernah juga tutur mbah Yasin, pencuri masuk dapur dan mengambil yang ditemukan, berupa nasi dan dimakan sekalian disitu. Masa demikian cukup lama sampai kemudian anak-anaknya tumbuh remaja, bersekolah/pergi mondok, dewasa, dan berumah tangga. Demikianlah riyadloh beliau semenjak ditinggal wafat su aminya dengan beban 6 orang anak masih keci- kecil.
II) Mbah Syarifah, adalah putra mbah kyai Jawahir bin Yusuf, yang tinggal di dsn. Suruh Desa Tanjungkalang Ngronggot. Nasab dari bapaknya bersambung dengan Keluarga besar Banjarmlati Kota Kediri. Saudaranya 6 orang, termasuk 2 orang yang berbeda ibu. Dalam kisahnya mbah Syarifah masa kecil memiliki watak pemberani, tidak ada rasa takut menghadapi apa dan siapa saja dan pandai berbicara/vocal . Rupanya ayahnya memahami watak putrinya tersebut dan membiarkan tumbuh dengan pembawaannya itu, dan tidak dikekang dengan ketat layaknya wanita. Mbah Bin dan yang lain bercerita sama, akan kepribadian mbah Syarifah, dimasa kecil hingga memasuki remaja bahkan ayahnya juga tidak terlalu menuntut soal mengaji, kecuali sholat. Dimasa kecil memiliki teman bermain yaitu saudaranya sendiri bernama mbah Abbas dan mbah Mahfudz (panggil Pul) dan kesukaannya bermain, pergi kemana-mana, nonton wayang, nonton keramaian, dan pernah bepergian ke kota dengan jalan kaki bertiga dari rumahnya di Suruh (jaraknya lebih 15 km), padahal masih terbilang anak-anak. Mbah Abbas (Mojoroto) dan mbah Pul (Manukan) masa kecilnya ikut tinggal dirumah mbah Jawahir karena mengungsi dan ditampung di Suruh bersama keluarganya. Dipilihnya Suruh, karena mbah Jawahir termasuk orang tua sabar, mampu menampung saudara yang kesusahan/ kesulitan kehidupan, dan seorang kyai juga.
Mbah Yasin juga berkisah bahwa mbah Syarifah itu tidak takut dengan sapi yang dibilang sapi galak, sehingga pernah ketika masih kecil mendekati sapi akan memegang kepalanya,tiba-tiba sapinya bereaksi memutar kepalanya (nggobik) dan tanduknya mengenai dahi mbah Syarifah sehingga luka dan bekasnya masih tampak sewaktu beliau tua. Belaiu tergolong wanita tomboy  (agak nekat/nakal) atau tidak begitu peduli apa kata orang atas apa yang dilakukan prilakunya (menyimpang kebiasaan tatanan hidup umunya wanita). Suatu hari tutur mbah Bin, ketika mbah Syarifah sudah remaja putri, ada saudaranya (wanita sudah setengah tua) yang biasa bekerja dan membantu dirumah ayahnya, menasehati: Katanya, “nduk kowe bocah ayu, nek lungo-lungo wae, piye engko nek di pek bojo londo, digowo nyang negarane kono, mbok ora seneng lungo-lungo/dolan”.  Rupanya nasehat itu masuk dihatinya, dan akibatnya merasa ketakutan bepergian, dan mulailah banyak dirumah lalu mulailah mau mengaji, sampai kemudian tiba waktunya untuk dinikahkan oleh orang tuanya. Maka kemudian ikut suami dan tinggallah di Manyaran bersama dengan mertuanya (mbah Menggik), dan memulai babak baru menjalani kehidupan berkeluarga hinga akhir hayatnya.
Sesudah sepuh mbah Syarifah mempunyai kebiasaan suka bersilaturrohim kepada sanak/saudara keluarga/dan juga kyai, karena para kyai di Kediri umunya masih punya hubungan kekerabatan dan merekapun mengetahui benar tentang mbah Syarifah. Beliau juga suka menjamu tamu/memberi makan, dan membantu kepada saudara yang mengalami kesulitan hidup (murah hati), beliau senantiasa berpesan agar menjaga harga diri termasuk tidak boleh toma’ (kalau bepergian makan dahulu agar tidak mengharap pemberian orang, tidak rakus, sekalipun diundang ketempat orang punya hajat.
Demikianlah yang bisa disajikan oleh penulis, tentang mbah Toyib dan mbah Syarifah, leluhur dari dinasti Manyaran, yang kini mengadakan halal bihalal/reuni dzurriyah Bani Toyib-Syarifah
Menyusul kisah para putra putrinya insyaAlloh, yang akan disusun dan sedang dihimpun oleh penulis, semoga terlaksana pada masa yang akan dating dalam momentum yang lainnya. Amin. 

Sabtu, 20 Agustus 2011

Photo Mbah Hj. Binti Maimunah (alm) beserta suami

Mbah H. Abu Bakar (alm)

Mbah Hj. Binti Maimunah (alm)

Rencana Undangan yang akan disebar ke sanak saudara

undangan yang akan disebar ke sanak keluarga

Jumat, 19 Agustus 2011

Putra Putri Mbah Toyyib (alm)

Bagi yang belum paham dengan silsilah siapa saja putra putri dari almarhum, silakan lihat di sini !  silakan cari posisi anda dari keturunan putra yang mana ???!!!

Pembuatan Buku Silsilah tahun 2011

Berdasar hasil keputusan pada musyawarah panitia kali pertama di rumah Sdr. Naufal Riza, salah satu keputusan yang harus direalisasikan adalah pembuatan buku silsilah berbentuk seperti dan sebesar buku tulis dan tidak hanya berisi silsilah saja seperti halnya buku silsilah pada reuni tahun tahun sebelumnya. Ada yang sedikit berbeda dari buku yang akan dibuat. Buku tersebut direncanakan akan dicetak berwarna pada sampul dan diberi tambahan pada isinya mengenai tata letak makam belakang masjid plus sejarah perjalanan Mbah Toyyib (alm) / cikal bakal Almarhum menghuni dan bertempat di Dusun Manyaran - Banyakan - Kediri, dilengkapi dengan kata pengantar, susunan panitia, dan tambahan lain yang bersifat penting untuk pendokumentasian ke depan. Tidak hanya itu, buku yang sebelumnya hanya dicetak sejumlah 6 buah sesuai dengan jumlah putra dan putri dari Almarhum, Namun kali ini, buku tersebut akan dicetak banyak dengan jumlah sekitar 35 buah dengan maksud agar masing masing keluarga cucu dari almarhum memiliki dokumentasi silsilah tersebut. Sedikit Gambaran Visual dari buku tersebut akan kami beberkan disini : 

sampul buku silsilah tampak dari depan

Rancangan Background Acara Halal Bihalal 2011

Rencana background acara sepanjang 4 x 2 meter, ditempel di dinding tabir masjid Al Hidayah ,sengaja di tulis tanpa tahun supaya menjaga efisiensi pendanaan dan efektifitas kinerja pubdekdok kepanitiaan yang akan datang

Rancangan Susunan Acara


RANCANGAN SUSUNAN ACARA HALAL BIHALAL dan REUNI
KELUARGA BANI TOYYIB

1.            PEMBUKAAN
2.            QIROAH DAN SARI TILAWAH
3.            SAMBUTAN KETUA PANITIA
4.            MAUIDZOH HASANAH DAN TAHLIL BERSAMA
5.            SAMBUTAN KELUARGA
6.            PEMBACAAN SILSILAH DAN DOKUMENTASI
7.            DO’A
8.            PENUTUP
9.            TASOFAHAH
10.       RAMAH TAMAH

Tujuan Reuni Keluarga Bani Toyyib


Setelah nikmat sehat, Tidak ada hal terindah kedua selain berkumpulnya satu keluarga
Rasa rindu akan terobati dan kenangan indah masa lalu akan terurai kembali, manakala sudah bertemu sanak saudara ( bernostalgia ) disisa usianya yang semakin menua/lanjut. Itulah salah satu buah dan tujuan reuni bagi generasi tua, yang pernah mengalami hidup bersama dimasa lalu, atau masih menjumpai leluhurnya di Manyaran tempo dulu.
Bagi generasi berikutnya yang terlahir dan dibesarkan serta berproses hidup ditempatnya masing-masing akan berimplikasi terasa asing ditengah keluarga besar Bani Toyib,karena tidak mengenali saudaranya sedarah senenek moyang. Maka kesempatan ber reuni tersebut akan saling diperkenalkan dan dijalin hubungan kekeluargaannya, sehingga akan memungkinkan  mereka berkomunikasi antar personal sesudahnya.
Halal Bihalal pada Hari Raya Idul Fitri adalah Fasilitas Umum yang disediakan Allah untuk Ummat Islam agar saling memberi maaf
Kesenjangan usia antar generasipun menjadikan tidak saling mengenali bila bertemu disua tu tempat, bahkan tidak saling menghiraukan adanya, sehingga tidak saling tumbuh rasa sa yang dan rasa saling simpati/kedekatan batin, dan ujungnya rasa persaudarannyapun akan menjadi sirna dengan sendirinya.
Ilustrasi berjabat tangan
Hikmah yang juga harus dipetik adalah  mengenali siapa nenek moyang mereka, apa dan bagaimana sepak terjangnya. Kemudian akan terinspirasi  dengan itu, apa yang harus dan sepantasnya dilakukan sebagai keturunan leluhurnya. Selanjutnya apabila mereka berlaku menyimpang dari  prilaku / kepribadian leluhurnya akan tumbuh rasa malu dan risih, tidak selayaknya. Demikian juga seberapa besar leluhur mereka bisa menjadi motivasi dan I’tibar dalam hidupnya, semua itu akan diperoleh jawabannya dalam perhelatan reuni, dan lebih  khusus lagi mereka akan tahu dimana leluhurnya dimakamkan, serta siapa saja sanak kelu arganya dan status kekeluargaannya dalam keluarga besar Bani Toyib / Syarifah Manyaran.

Selayang Pandang mengenai halal bihalal dan reuni keluarga

Pada Acara Hala Bihalal dan Reuni, Kita akan menemukan arti Persaudaraan
Reuni bukanlah sekedar kumpul-kumpul, makan-makan, foto-foto, canda tawa tanpa makna, tetapi sebuah perhelatan keluarga atas kehendak bersama yang sarat makna dan penuh asa, merajut rasa “ satunya saudara “, maka kehadiran dan perhatian segenap komponen keluarga  Bani Toyib pada reuni tersebut merupakan unsur terpenting keberhasilan perhelatan yang diadakan sekalian ber Halal bi Halal.
Keterikatan antar saudara tak ubahnya mata rantai yang sulit diputus dengan apapun
Masa tenggang 3 tahun tentu telah terjadi perubahan dan perkembangan dalam keluarga, ada kematian, ada kelahiran, ada pernikahan, juga ada anugrah yang lain ( kebahagiaan ) di antara anggota keluarga/ dzurriyah yang patut disyukuri dan dikhabarkan agar menjadi I’tibar bagi semuanya.
Sisi lain tentu ada tujuan dan harapan yang positif sebagai buah dari perhelatan tersebut, seraya meminta/memberi maaf terkait Hariraya dan juga mengharap berkah dan doa restu. Sungguh akan sangat beruntung dengan sebab silaturrohim itu, Alloh menjamin tambahnya rizki dan panjangnya usia, bagi siapa yang peduli.

Prediksi Kebutuhan Acara

PREDIKSI KEBUTUHAN ACARA
-          Peserta yang hadir sebanyak 200 – 250 orang
Konsumsi : Beras + 30 kg, 1 ekor Kambing, 10 kg Ikan Lele, 5 ekor Ayam, Sayuran, Minuman / Aqua Gelas, Jajan/ Snack secukupnya.
-  Perkiraan biaya + 2.500.000 (dua juta lima ratus ribu) termasuk kebutuhan kesekretariatan dokumentasi dan dekorasi.

1.     KESEKRETARIATAN      :
Pembuatan Undangan 100 ex                             100.000
Pembuatan stempel dan tinta                                40.000
Membeli tinta printer dan kertas                           85.000
Lain-lain/ pembuatan buku silsilah                         25.000 …………………      250.000,-

2.     KONSUMSI                   ;
10 Kg ikan lele       a- 12000 x 10        ……………………………………       120.000,-
5 ekor ayam afkir   a-  28.000 x 5         ……………………………………      140.000,-
Sayur-sayur  :  tahu, tempe, cecek pedas            …………………………            35.000,-
                          Tewl, kacang, tetelan sapi            ………………………             35.000,-
Minyak goring, Krupuk, Bumbu ( komplit )         …………………                  100.000,-
Gula, kopi, teh, ongkos tenaga 3 orgx 2 hr          .. ..…………………….            250.000,-
Minuman aqua  5 dos ( gelas )                              ………………… ………       100.000,-
1 ekor kambing + daging sapi untuk gule            ………  …………………     1. 000.000,-

3.      RESEPSI/ ACARA               : 
Dokumentasi , dekorasi /back ground   dll.        …………………………..        250.000,-
Lain-lain tak terduga                                           …………………………..      220.000,-

                                                Total anggaran membutuhkan dana  Rp  ….     2. 500.000,-